Selasa, 18 Oktober 2011

Makna dari Insiden Bendera Kelas

Pertama-tama, saya sebagai pelaku memohon maaf kepada semua pihak yang dirugikan. Terutama buat ketua kelas, Fikri Muhammad, dan seluruh anggota kelas yaitu, Hilda, Fitri, Inggar, Nadia, Jijun, Fahim, Dini, Eva, Ardi, Faqih, Rajib, Alfian, Ulum, Galang, Farid, dan diri saya sendiri. Saya benar-benar menyesal atas kejadian ini.
Jumat siang, selepas acara penutup homestay dan setelah berfoto bersama walikelas kita tercinta, pak Nuryanto, bendera berada di tangan teman kita Nadia Izzati Shalahuddin. Bendera itu basah dan terdapat banyak bercak putih entah karena apa (itu saya ingat betul. Saya tidak menyangka kalau itu akan menjadi detik-detik terakhir pertemuan saya dengan sang bendera). Saya meminjam sebentar dari Nadia, lalu tiba-tiba dia berseru bahwa saya yang harus memegang bendera itu. Dan saya juga lupa atas kekurangan saya dalam mengingat barang yang saya letakkan. Sesampainya di rumah asuh saya, saya langsung menjemur bendera itu di samping handuk saya.
Segalanya berlangsung sangat terburu-buru saat persiapan pulang kembali ke Serpong. Saya mendapat jatah kamar mandi di antrean terakhir. Bahkan saya termasuk orang-orang terakhir yang turun ke desa. Dan saya tidak ingat lagi dengan si bendera yang mungkin sudah kering dan kepanasan.
Sabtu malam, sebelum pertandingan sepak takraw melawan kelas XI IPA 3, setelah saya mengadukan sesuatu pada teman kita, Hilda, ia menyuruh saya untuk mencuci muka untuk mengilangkan bekas tangisan saya. Di dalam area kamar mandi perempuan, Hilda menanyakan keberadaan si bendera yang telah benar-benar saya lupakan. Saat itu saya benar-benar lupa bahwa sayalah pemegang terakhir yang seharusnya bertanggung jawab atas keberadaan si bendera itu. Ketika diberitahu bahwa kemunculan bendera itu adalah saat homestay, barulah saya ingat bahwa bendera itu masih ada dii jemuran depan rumah pak yayan (bapak asuh saya), saat kita sudah bersiap-siap untuk pulang. Saya benar-benar takut. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Sebentar kami berdiskusi mengenai solusi-solusi terbaik yang mungkin dilakukan. Tapi bagaimana cara mengatakan yang sejujurnya pada teman-teman yang lain?
Pertandingan segera di mulai. Doa bersama sudah dilakukan. Beberapa anggota gravitasi sudah berpindah ke lapangan bagian timur. Yang tersisa di sebelah barat tinggal Fikri dan Faqih. Dengan memberanikan diri, sya mencoba memberitahukan Fikri perihal insiden sang bendera. Tapi, belum-belum saya sudah nangis duluan. Saya sangat merasa bersalah. Singkat cerita, saya telah menceritakan semuanya ke Fikri. Ketua kelas kita yang baik hati itu berkata bahwa bendera itu tidak begitu penting. Yang terpenting adalah kesatuan kita. Sempat Faqih menanyakan ketulusan kata-kata Fikri itu, tapi Fikri mengatakan dengan tegas bahwa apa yang baru saja dikatakannya adalah benar (entah itu benar atau tidak).
Saat pertandingan berlangsung saya menanyakan kepada Rajib tentang harga pembuatan si bendera. Saat itu Inggar mendengarnya. Dengan histeris dia berrtanya tentang apa yang terjadi pada si bendera. Saya jadi berkecil hati bahwa teman-teman yang lain mau memaafkan saya. Ditambah lagi harga pembuatannya tidak akan bisa saya tutupi dengan uang saya sendiri.
Setelah pertandingan usai, saya meminta Fikri untuk menceritakan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada bendera kita itu. Dan yang membuat saya surprised adalah teman-teman memaafkan saya dan ikut memikirkan solusi terbaik yang bisa kita lakukan. Ada yang mengusulkan tidak perlu memiliki bendera lagi dan menggantinya dengan simbol lain. Ada juga yang mengusulkan untuk melukis sendiri sebuah bendera pengganti. Semua terbuka. Tapi saya akan tetap berusaha menemukan kembali bendera itu. Sekarang permasalahan bendera itu sudah hamper menemukan titik temu. Berkat teman-teman GRAVITASI yang sangat saya benggakan.
Bahkan perasaan senang ini berefek pada intensitas bicara saya. Sepanjang perjalanan saya cerewet sekali (kebiasaan kalau lagi ngerasa excited). Pada intinya saya merasa sangat dekat dengan kalian semua. Saya merasa menjadi bagian dari keluarga kecil ini. Terimakasih yang sebesar besarnya untuk kalian semua, GRAVITASI, terutama untuk Fikri Muhammad, ketua kelas yang paling oke, juga untuk Hilda Nur Laila, yang selalu memberikan saya kekuatan ketika lemah hati. Dan pesan saya untuk kalian semua, jangan percayakan saya untuk memegang benda-benda penting dalam jangka waktu yang lama. Karena itu beresiko terhadap hilangnya barang-barang itu dalam waktu dekat. Kacamata saya dan bendera kelas sudah menjadi korban dari kecerobohan saya. Dan mungkin saya harus menunggu orang tua saya mendapatkan gaji ketigabelas untuk mengganti barang-barang tersebut. Dan itu masih pertengahan tahun depan. Nasiib, nasiib.
Maafkan saya, ya, GRAVITASI. 3 kata untuk kalian secara keseluruhan maupun perseorangan, I LOVE YOU (#JITAK-apa-banget-sih-gue-?-GOMBAL). (faa)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Maaf ya teman-teman..

Posting Komentar