Sabtu, 29 Oktober 2011
prestasi di MANGROVE
Selasa, 18 Oktober 2011
Makna dari Insiden Bendera Kelas
Jumat siang, selepas acara penutup homestay dan setelah berfoto bersama walikelas kita tercinta, pak Nuryanto, bendera berada di tangan teman kita Nadia Izzati Shalahuddin. Bendera itu basah dan terdapat banyak bercak putih entah karena apa (itu saya ingat betul. Saya tidak menyangka kalau itu akan menjadi detik-detik terakhir pertemuan saya dengan sang bendera). Saya meminjam sebentar dari Nadia, lalu tiba-tiba dia berseru bahwa saya yang harus memegang bendera itu. Dan saya juga lupa atas kekurangan saya dalam mengingat barang yang saya letakkan. Sesampainya di rumah asuh saya, saya langsung menjemur bendera itu di samping handuk saya.
Segalanya berlangsung sangat terburu-buru saat persiapan pulang kembali ke Serpong. Saya mendapat jatah kamar mandi di antrean terakhir. Bahkan saya termasuk orang-orang terakhir yang turun ke desa. Dan saya tidak ingat lagi dengan si bendera yang mungkin sudah kering dan kepanasan.
Sabtu malam, sebelum pertandingan sepak takraw melawan kelas XI IPA 3, setelah saya mengadukan sesuatu pada teman kita, Hilda, ia menyuruh saya untuk mencuci muka untuk mengilangkan bekas tangisan saya. Di dalam area kamar mandi perempuan, Hilda menanyakan keberadaan si bendera yang telah benar-benar saya lupakan. Saat itu saya benar-benar lupa bahwa sayalah pemegang terakhir yang seharusnya bertanggung jawab atas keberadaan si bendera itu. Ketika diberitahu bahwa kemunculan bendera itu adalah saat homestay, barulah saya ingat bahwa bendera itu masih ada dii jemuran depan rumah pak yayan (bapak asuh saya), saat kita sudah bersiap-siap untuk pulang. Saya benar-benar takut. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Sebentar kami berdiskusi mengenai solusi-solusi terbaik yang mungkin dilakukan. Tapi bagaimana cara mengatakan yang sejujurnya pada teman-teman yang lain?
Pertandingan segera di mulai. Doa bersama sudah dilakukan. Beberapa anggota gravitasi sudah berpindah ke lapangan bagian timur. Yang tersisa di sebelah barat tinggal Fikri dan Faqih. Dengan memberanikan diri, sya mencoba memberitahukan Fikri perihal insiden sang bendera. Tapi, belum-belum saya sudah nangis duluan. Saya sangat merasa bersalah. Singkat cerita, saya telah menceritakan semuanya ke Fikri. Ketua kelas kita yang baik hati itu berkata bahwa bendera itu tidak begitu penting. Yang terpenting adalah kesatuan kita. Sempat Faqih menanyakan ketulusan kata-kata Fikri itu, tapi Fikri mengatakan dengan tegas bahwa apa yang baru saja dikatakannya adalah benar (entah itu benar atau tidak).
Saat pertandingan berlangsung saya menanyakan kepada Rajib tentang harga pembuatan si bendera. Saat itu Inggar mendengarnya. Dengan histeris dia berrtanya tentang apa yang terjadi pada si bendera. Saya jadi berkecil hati bahwa teman-teman yang lain mau memaafkan saya. Ditambah lagi harga pembuatannya tidak akan bisa saya tutupi dengan uang saya sendiri.
Setelah pertandingan usai, saya meminta Fikri untuk menceritakan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada bendera kita itu. Dan yang membuat saya surprised adalah teman-teman memaafkan saya dan ikut memikirkan solusi terbaik yang bisa kita lakukan. Ada yang mengusulkan tidak perlu memiliki bendera lagi dan menggantinya dengan simbol lain. Ada juga yang mengusulkan untuk melukis sendiri sebuah bendera pengganti. Semua terbuka. Tapi saya akan tetap berusaha menemukan kembali bendera itu. Sekarang permasalahan bendera itu sudah hamper menemukan titik temu. Berkat teman-teman GRAVITASI yang sangat saya benggakan.
Bahkan perasaan senang ini berefek pada intensitas bicara saya. Sepanjang perjalanan saya cerewet sekali (kebiasaan kalau lagi ngerasa excited). Pada intinya saya merasa sangat dekat dengan kalian semua. Saya merasa menjadi bagian dari keluarga kecil ini. Terimakasih yang sebesar besarnya untuk kalian semua, GRAVITASI, terutama untuk Fikri Muhammad, ketua kelas yang paling oke, juga untuk Hilda Nur Laila, yang selalu memberikan saya kekuatan ketika lemah hati. Dan pesan saya untuk kalian semua, jangan percayakan saya untuk memegang benda-benda penting dalam jangka waktu yang lama. Karena itu beresiko terhadap hilangnya barang-barang itu dalam waktu dekat. Kacamata saya dan bendera kelas sudah menjadi korban dari kecerobohan saya. Dan mungkin saya harus menunggu orang tua saya mendapatkan gaji ketigabelas untuk mengganti barang-barang tersebut. Dan itu masih pertengahan tahun depan. Nasiib, nasiib.
Maafkan saya, ya, GRAVITASI. 3 kata untuk kalian secara keseluruhan maupun perseorangan, I LOVE YOU (#JITAK-apa-banget-sih-gue-?-GOMBAL). (faa)
Senin, 29 Agustus 2011
Templates
Yang mana ya yang bagus??
http://btemplates.com/2010/blogger-template-galaxy-blog/
http://btemplates.com/2011/blogger-template-astronavigation/
http://btemplates.com/2010/blogger-template-startrek/
Rabu, 24 Agustus 2011
Lomba Takjil
Lomba Takjil !!
diawali oleh sebuah ide dari eva .. choco dadu chip *gini ya tulisannya ??
terus , ide minumannya datang di masjid, pas monday activity ..
namanya es nano-nano .
mulai ngerjain jam 4 lewat ,.
sedikit ribet sih , tapi akhirnya selese juga ,, dibantu sama Bu Kris ... di kasih coklat cair , GRATIS EUY !!
widiii ....
Senin, 08 Agustus 2011
Muhammad SAW dan pandangan-pandangan padanya
Mempelajari sejarah tentang Rasulullah SAW semakin membuka mata kita tentang kebenaran yang sesungguhnya. Subhanallah. Betapa Allah memang benar telah menurunkan utusan yang sangat agung bagi umat manusia sekalian.
Sejumlah intelektual Barat yang sekalipun mungkin tidak suka kepada Nabi Muhamad, namun tidak jarang masih menunjukkan kekaguman kepada Nabi kaum Muslim ini. Comte de Boulainvilliers, menyanjung Nabi sebagai pemikir bebas (freethinker, vrijdender), pencipta agama rasional.
Voltaire menggunakan nama Nabi Muhammad sebagai senjata melawan agama Kristen dengan mengatakan, kalaupun Nabi itu adalah pendusta, ia toh berhasil memimpin rakyatnya melakukan penaklukan agung dengan bantuan cerita-cerita khayalan. Tak pelak lagi.
Contoh lainnya adalah yang diutarakan oleh Sir George Bernard Shaw .Sir George Bernard Shaw yang mengatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang berpeluang untuk menguasai Eropa beberapa ratus tahun ke depan. Ia juga mengagumi sosok Muhammad yang memiliki kepribadian yang agung dan jauh dari kesan seorang anti-kristus, ia mengatakan bahwa Muhammad (SAW) harus disebut sebagai “sang penyelamat kemanusiaan”.
Apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia: Sir George Bernard Shaw meramalkan, keyakinan yang dibawanya (Muhammad SAW-pen) akan diterima Eropa di masa datang dan memang ia telah mulai diterima Eropa saat ini”
Beliau (Muhammad SAW-pen) adalah manusia teragung yang pernah menginjakkan kakinya di bumi ini. Dia membawa sebuah agama, mendirikan sebuah bangsa, meletakkan dasar-dasar moral, memulai sekian banyak gerakan pembaruan sosial dan politik, mendirikan sebuah masyarakat yang kuat dan dinamis untuk melaksanakan dan mewakili seluruh ajarannya, dan ia juga telah merevolusi pikiran serta perilaku manusia untuk seluruh masa yang akan datang.
Beliau adalah Muhammad (SAW). Dia lahir di Arab tahun 570 masehi, memulai misi mengajarkan agama kebenaran, Islam (penyerahan diri pada Tuhan) pada usia 40 dan meninggalkan dunia ini pada usia 63.
Sepanjang masa kenabiannya yang pendek (23 tahun) dia telah merubah Jazirah Arab dari paganisme dan pemuja makhluk menjadi para pemuja Tuhan yang Esa, dari peperangan dan perpecahan antar suku menjadi bangsa yang bersatu, dari kaum pemabuk dan pengacau menjadi kaum pemikir dan penyabar, dari kaum tak berhukum dan anarkis menjadi kaum yang teratur, dari kebobrokan ke keagungan moral. Sejarah manusia tidak pernah mengenal tranformasi sebuah masyarakat atau tempat sedahsyat ini – dan bayangkan ini terjadi dalam kurun waktu hanya sedikit di atas dua dekade.
Tak hanya Sir George Bernard Shaw yang berpendapat seperti itu. Beberapa orang lainnya pun memandang positif pada Muhammad, seperti Washington Irving (1783-1859)
yang terkenal sebagai “sastrawan Amerika pertama”, juga ada Edward Gibbon (1737-1794) yang dianggap sebagai sejarawan besar Inggris pada masanya.
Meskipun bagitu, sungguh mengejutkan ketika berselancar di dunia maya, betapa banyak manusia-manusia tak berilmu yang tidak memiliki landasan yang kuat, mereka mencerca, mencaci maki Rasullullah SAW. Di beberapa tempat terdapat forum yang mendiskusikan (lebih tepat disebut berdebat) memperebutkan mana yang benar antara Muhammad dan Kristus. Masya Allah.
Betapa kagetnya apabila melihat halaman-halaman itu penuh dengan cacian-cacian terhadap Muhammad SAW. Beberapa forum bahkan menyamakan Rasulullah dengan hewan-hewan yang dinajiskan. Orang-orang anti Muhammad tak segan-segan menuduh muhammad dengan tuduhan tak beralasan.
Seperti contoh, tuduhan bahwa Rasulullah memutar balikkan fakta sejarah Israel yang menurut mereka akan selalu dikasihi tuhan. Mereka mengatakan bahwa Rasulullah iri melihat kejayaan Israel, lalu iblis menemukan kesempatan untuk menghasut Muhammad, dan kemudian jadilah kitab Al-Qur’an yang banyak menanamkan kebencian terhadap bangsa Israel.
Ada juga tuduhan yang mengatakan bahwa Muhammad adalah pengidap pedofilia (na’udzubillahmindzalik) karena menikahi Aisyah yang notabene di zaman sekarang, belum cukup umur. Masya Allah.
Ditambah lagi munculnya komik (pelecehan) Nabi Muhammad pada salahsatu blog di WordPress menambah panjang daftar kasus penghinaan terhadap Nabi Muhammad. Komik tersebut berkisah tentang pernikahan Muhammad dengan Zainab, mantan istri anak angkatnya, kisah Muhammad dengan Aisyah dan kisah Muhammad dengan budaknya, Mariah. Gambar-gambar Zainab dan Mariah ditampilkan dengan pakaian yang menggoda, bahkan ada yang telanjang. Parahnya, ada pengutipan ayat Alquran dan hadis dengan penafsiran versi si komikus yang pasti sangat menyesatkan.
Peran Nabi Muhammad sulit dimengerti oleh non-Muslim sebagai potret kehidupan religius dan spiritual, khususnya yang berlatar Kristen. Nasr melihat, kesulitan tersebut disebabkan peranan spiritual Nabi tersembunyi di balik peranan manusiawi dan tugas sosial-politiknya sebagai pembimbing manusia dan pemimpin masyarakat. Nabi Muhammad adalah pembimbing spiritual sekaligus organisator sebuah kelompok masyarakat baru. Karena itu, tidak aneh jika orang-orang non-Muslim kerap hanya mampu melihat Nabi sebagai politikus, orator, atau negarawan daripada pembimbing spiritual.
Nabi Muhammad memiliki peran ganda, yakni nabi dan “raja”. Karena itu, Nabi Muhammad tidak bisa dibandingkan dengan Kristus atau Budha, tetapi lebih tepat dibandingkan dengan ”raja-nabi” dalam Perjanjian Lama, seperti Daud dan Sulaiman, terutama Ibrahim. Di luar tradisi agama Ibrahim (Yahudi, Kristen, dan Islam), Nabi Muhammad harus dibandingkan dengan Rama dan Krishna (Hinduisme) sebagaimana dikisahkan dalam Ramayana dan Mahabharata.
Ternyata, meskipun banyak yang mencintai, tetap saja ada yang memandang negatif pada Rasul agung kita, Muhammad SAW.
Sebagai pengingat dan tambahan, ada beberapa potong kisah yang akan mengingatkan kita akan keluhuran budi beliau. Semoga kita semakin mengagumi sosoknya dan semoga kita tidak terjerumus pada pandangan yang salah. Aamin.
Kalau ada pakaian yang koyak, Rasulullah menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual.
Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada makanan yang sudah siap di masak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyingsing lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur.
Sayidatina ‘Aisyah menceritakan: ”Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga.
Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pulang kembali sesudah selesai sembahyang.”
Pernah baginda pulang pada waktu pagi. Tentulah baginda amat lapar waktu itu. Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang ada untuk sarapan. Yang mentah pun tidak ada karena Sayidatina ‘Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi bertanya,
“Belum ada sarapan ya Khumaira?”
Aisyah menjawab dengan agak serba salah, “Belum ada apa-apa wahai Rasulullah.” Rasulullah lantas berkata, ”Kalau begitu aku puasa saja hari ini.” tanpa sedikit tergambar rasa kesal di wajahnya.
Pernah baginda bersabda, “sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik dan lemah lembut terhadap isterinya.”
Prihatin, sabar dan tawadhuknya baginda sebagai kepala keluarga.
Pada suatu ketika baginda menjadi imam solat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan baginda antara satu rukun ke satu rukun yang lain amat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi menggerutup seolah-olah sendi-sendi pada tubuh baginda yang mulia itu bergeser antara satu sama lain. Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya setelah selesai bersembahyang :
“Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, tuan sakitkah ya Rasulullah?”
“Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sehat dan segar”
“Ya Rasulullah… mengapa setiap kali tuan menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh tuan? Kami yakin engkau sedang sakit…” desak Umar penuh cemas.
Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Perut baginda yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil, buat menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali bergeraknya tubuh baginda.
“Ya Rasulullah! Adakah bila tuan menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya buat tuan?”
Lalu baginda menjawab dengan lembut, ”Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan ALLAH nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?” “Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”
Baginda pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang penuh kudis, miskin dan kotor.
Hanya diam dan bersabar bila kain rida’nya direntap dengan kasar oleh seorang Arab Badwi hingga berbekas merah di lehernya.
Dan dengan penuh rasa kehambaan baginda membasuh tempat yang dikencingi si Badwi di dalam masjid sebelum menegur dengan lembut perbuatan itu.
Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt dan rasa kehambaan dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ketuanan.
Anugerah kemuliaan dari ALLAH tidak dijadikan sebab untuk merasa lebih dari yang lain, ketika di depan umum maupun dalam keseorangan.
Ketika pintu Syurga telah terbuka, seluas-luasnya untuk baginda, baginda masih berdiri di waktu-waktu sepi malam hari, terus-menerus beribadah, hingga pernah baginda terjatuh, lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak. Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemahuan jiwanya yang tinggi.
Bila ditanya oleh Sayidatina ‘Aisyah, “Ya Rasulullah, bukankah engkau telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?”
Jawab baginda dengan lunak, “Ya ‘Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.”
Rasulullah s. a. w. bersabda, “Sampaikan pesanku walau sepotong ayat”
Sumber :
The CHAIRMAN
BIODATA:
Name : Fikri Muhammad
Jabatan : Chairman of XI NS 5
T.T.L : Jakarta, 6 November 1995
Alamat : Secreet
Status : Have Relationship
Keterangan.
Sebelumnya kami meminta maaf, tidak dengan seizin pelaku dalam memposting ini. Kami tidak mempunyai ide untuk nge-post dan yang muncul di otak kami adalah orang ini. Semoga dia memakluminya. Dan dapat menjadi ketua kelas yang baik. Amiiin!!!
Untuk yang lain kami memohon maaf jika postingan ini mengganggu dan hanya memenuhi saja
Minggu, 07 Agustus 2011
Sahabat Yang Pergi
Hh.. aku membanting tubuhku ke atas springbedku yang empuk. Kubiarkan sepatuku masih menempel di kakiku. Kubiarkan pula tas sekolahku tergeletak tak berdaya di samping tempat sampah. Aku melepas jilbab putihku lalu menyalakan kipas angin dan membiarkan anginnya memainkan rambutku.
”Cukup, Ras! Hentikan semua permintaan maafmu itu! Aku sudah muak dengan semua ini. Kalau kumaafkan kau akan mengulanginya lagi! Aku sudah hafal sifat-sifatmu itu.” masih terngiang kata-kataku sendiri pagi tadi saat Laras menghampiriku untuk meminta maaf. Begitu pula siangnya sepulang sekolah. Tak ada kata maaf baginya! Aku sudah terlampau kecewa. Pikiranku melayang ke masa lalu. Memutar memori tiga minggu lalu. Saat aku memutuskan persahabatan kami.
”Ras,” sapaku pagi itu. Saat itu sedang isirahat sekolah. Yang dipanggil tidak menjawab. Mungkin suaraku tidak terdengar.
”Ras!” aku mengulangi dengan suara lebih keras. Menurutku itu sudah cukup untuk terdengar Laras. Tapi dia malah berlari ke arah Bilqis sambil tertawa-tawa. Aku memanggil-manggil dengan suara yang lebih keras. Tapi ia tak menghiraukan.
Itu terus berlangsung di hari-hari berikutnya. Seminggu sebelum hari itu Bilqis sakit cacar air. Selama seminggu ia tak masuk sekolah. Dan selama itu pula aku dan Laras selalu bersama. Jajan bareng, main bareng, bahkan berangkat sekolah bareng. Setiap istirahat Laras mendatangi mejaku dan mengajak ke kantin. Kami selalu main bareng, ketawa bareng, dan saling curhat.
Tapi sejak Bilqis kembali sekolah, Laras seakan lupa sama aku. Walaupun kami masih berangkat sekolah bareng, di sekolah, Laras nggak pernah peduli sama aku. Aku tidak suka sifatnya yang satu itu. Itu yang mebuatku marah sama dia. Akhirnya aku menjauhinya,
Seminggu setelah Bilqis kembali sekolah, aku tidak pernah berangkat sekolah bareng Laras lagi. Sebisa mungkin aku menghindari Laras, Pagi hari, aku berusaha berangkat lebih pagi dari biasanya supaya tidak bareng Laras. Ketika di sekolah Laras menyapaku pun aku pura-pura tidak mendengarnya,
Siangnya Laras mencegatku, ”Lla, tadi kok nggak berangkat bareng?”
”Lagi pengen berangkat pagi.” jawabku sekenanya.
”Kamu marah ya, Lla?” tanyanya.
”Pikir aja sendiri!” semburku lalu langsung masuk ke dalam angkot yang baru berhenti. Diangkot itu tinggal ada satu tempat duduk. Yaitu di bagian depan. An sekarang sudah aku tempati sehingga Laras tidak bisa mengikutiku. Mau tidak mau dia harus menunggu angkot berikutnya. Emangnya enak ?!
Keesokan harinya Laras tidak menyapaku sama sekali. Biasanya kalau tahu aku marah, Laras buru-buru mengemis meminta maaf. Tapi sekarang dia justru nyuekin aku. Aku bertambah marah.
Akhirnya aku memutuskan untuk mendekati Bilqis. Aku akan mencoba untuk menjauhkan Bilqis dari Laras dan bermain dengannya. Supaya Laras tahu bagaimana sakitnya dicuekin. Tapi situasi tetap sama. Tidak ada sama sekali permintaan maaf dari Laras.
Seminggu setelah itu Bilqis pindah sekolah dan juga pindah rumah. Papi Bilqis yang diplomat itu dipindahtugaskan ke Australia. Mau tidak mau Bilqis dan maminya ikut pindah ke sana. Bukan masalah juga bagi Bilqis. Dari kecil Bilqis sudah dibiasakan oleh papi-maminya berbicara menggunakan bahasa Inggris di rumahnya.
Baru setelah itu Laras mendekati aku dan merengek-rengek minta maaf. Hebat banget ya dia?! Setelah tidak ada teman dia baru minta mau minta maaf. Dia kira nggak sakit apa diperlakukan seperti ini?! Aku sudah terlanjur kecewa dan sakit hati sama sikapnya. Aku bertekad untuk tidak memaafkan Laras.
***
Aku sadari sejak aku menjauh dari Laras, keceriaan juga seolah hilang dariku. Aku jadi jarang tertawa. Kalaupun ada yang lucu, paing aku hanya tersenyum. Aku lebih memilih untuk membaca buku daripada bergabung dengan teman-teman yang lain di kantin ketika istirahat. Aku juga tidak lagi memedulikan apa yang Laras kerjakan. Emang gua pikirin?!
”Sya, boleh mama masuk?” sahutan mama dari depan pintu kamarku menyadarkanku dari lamunanku. Aku ingin menolak, tapi aku nggak enak ngomongnya.
”Iya, masuk aja, ma. Nggak dikunci kok.” seruku.
”Aduh, anak mama ini kok belum ganti baju? Mana sepatunya belum dilepas, lagi. Ini tasnya kok ditaruh disini..” mulai deh cerwetnya.
”Lagi males, ma. Ntar aja Sya beresin.” kataku malas-malasan. Mama duduk di tepi tempat tidurku.
”Sya, mama perhatiin kok akhir-akhir ini setiap pulang sekolah kamu malas-malasan kayak gini sih? Biasanya main sama Laras,” tutur mama, ”lagi marahan ya? Kok kalau berangkat sekolah nggak bareng lagi?”
”Sya lagi banyak urusan di sekolah, ma. Berangkatnya harus pagi-pagi. Dan siangnya pasti capek berat, ma. Males main.” jawabku tak menatap mama. Takut kalau mama tahu kalau aku berbohong.
”Ya udah. Jangan lupa ganti baju dan beresin kamar, ya.” kata mama sebelum keluar dari kamarku. Huft... aku kebanyakan melihat kebelakang sehingga tidak peduli sama semua urusan yang ada di depan. Laras itu masa lalu. Aku nggak peduli lagi sama dia.
***
Pulang sekolah aku langsung melangkah pulang. Tapi di tengah perjalanan Laras mencegatku.
”Lla, maafin aku dong.” pintanya sambil menarik tanganku. Kutepiskan tangannya. Aku mendorong tubuhnya dan berlari saat dia lengah karena terkejut. Laras memanggil-manggilku dari belakang. Lalu terdengar jeritan. Itu suara Laras! Aku menengok ke belakang. Laras terjatuh dengan kepala bersimbah darah karena terbentur trotoar. Ia terserempet motor. Aku panik.
”Laras!” aku nggak peduli darahnya mengotori rok sekolahku. Kuhentikan sebuah taksi yang lewat. Dengan dibantu oleh orang-orang yang ada di sekitar tempat itu, aku mengangkat Laras ke dalam taksi lalu meluncur ke UGD terdekat. Kurogoh tasku untuk mencari HP. Aku menelepon rumah Laras dan menceritakan kalau Laras kecelakaan, kemudian menelepon mama.
Laras dilarikan ke UGD sebuah rumah sakit. Ia sedang ditangani oleh petugas-petugas UGD itu. Tak lama kemudian orang tua Laras dan mama datang. Mereka terlihat panik dan menanyakan penyebab kejadian.
Aku menunduk. Kalau dirunut dari awal, akulah penyebab semua ini. Laras terserempet motor karena mengejarku yang tidak mau memaafkannya tadi. Seandainya tadi aku langsung memaafkannya, tak mungkin ada kejadian seperti ini.
Aku menganti pakaian sekolahku yang bersimbah darah dengan baju yang dibawa mama. Kami menunggu Laras dengan geisah. Lalu dokter keluar dari UGD itu.
“Nona Laras mengalami gegar otak di sebelah kiri dan belakang. Lengan atas tangan kanannya patah. Ia harus menjalani perawatan intensif. Bisa diurus di bagian administrasi.” Tutur sang dokter kepada mama Laras yang khawatir akan keadaan anak semata wayangnya itu.
“Terima kasih, dok.” Ujar mama Laras.
”Ya, sama-sama. Saya permisi dulu.”
Hari itu juga Laras dipindahkan ke ruang perawatan VIP. Aku menungguinya sampai sore. Sorenya dengan berat hati aku pulang ke rumah. Laras koma. Entah sampai kapan. Aku jadi semakin merasa bersalah. Ya Allah, tolong selamatkan Laras.
***
Pagi harinya aku pergi ke rumah sakit. Untunglah hari ini hari Sabtu. Sekolah libur dan aku bisa menunggui Laras seharian. Ketika sampai di kamar perawatan Laras, mama Laras menyapaku.
”Pagi Syakilla.”
”Pagi, tante. Gimana kabar Laras? Apa dia udah sadar?” tanyaku.
“Tadi pagi Laras sudah sadar. Sekarang ia sedang tidur. Pengaruh obat. Lla, tolong jaga Laras, ya. Tante mau pulang dulu.” pesan tante Zira, mama Laras. Aku mengangguk.
Tak lama setelah tante Zira dan om Adri, papa Laras, pergi, Laras membuka matanya.
”Lla, kamu udah maafin aku?” itu kata-kata pertamanya pagi itu. Aku tersenyum dan mengangguk sambil berkata, ”ya.”
”Makasih ya, Lla.” katanya, ”aku emang salah, Lla. Nggak seharusnya aku lupain kamu begitu aja waktu ada Bilqis.”
”Ya udah, lah. Itu udah lewat. Sekarang aku yang minta maaf karena kamu jadi kayak gini gara-gara aku.”
”Sudahlah, Lla. Ini semua memang sudah takdir hidup aku.” jawabnya. Aku tersenyum dan memeluknya.
”Lla,” kata Laras ketika aku melepas pelukanku, ”tolong bilangin sama mama dan papaku, ya. Bilangin kalau aku minta maaf dan ngucapin terima kasih. Bilang juga terima kasih sama mama kamu yang udah baik banget sama aku dan menganggap aku anaknya. Makasih ya, Lla, udah mau jadi sahabatku. Maafin aku kalau aku sering bikin kamu marah dan BT. Aku ngantuk, Lla. Aku mau tidur. Kayaknya aku akan tidur nyenyak sekali. Jangan ganggu aku ya, Lla.” aku hanya mengangguk dan membantunya menarik selimut. Dan dengan cepat Laras terlelap.
Tiba-tiba perasaanku berubah jadi nggak enak. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi. Ada apa ini? Maafin aku, Ras. Aku udah bikin kamu jadi kayak gini. Untung aja kamu nggak hilang ingatan. Kamu pasti sembuh, kok, Ras. Kita bisa ketawa dan curhat kayak dulu lagi. Bisikku dalam hati.
Aku memandangi monitor pendeteksi detak jantung. Dan tiba-tiba garis-garis yang ada di monitor berubah menjadi lurus. Secepat kilat aku memanggil dokter dan suster yang segera menuju kamar Laras. Aku diminta menunggu di luar. Sambil menunggu, aku menelepon tante Zira dan om Adri lalu menelepon mama. Tak lama mereka datang dan menanyakan keadaan Laras. Setelah aku jelaskan mereka terlihat sangat panik dan khawatir.
Beberapa menit kemudian dokter keluar dari kamar Laras dengan raut wajah yang sulit ditebak. Beginikah tampang semua dokter jenis ini?
”Maaf..” hanya sepenggal itu, aku sudah bisa menebak apa yang terjadi dan hendak dikatakan dokter itu, ”Laras tidak bisa diselamatkan. Kami sudah berusaha semampu kami, tapi tetap saja semua adalah kehendak Yang Di Atas.”
”Laras!” aku berlari menerobos masuk ke kamar perawatan Laras. Sebelumnya kulihat tante Zira pingsan. Ia pasti sangat sedih karena anak semata wayangnya itu harus pergi terlebih dahulu. Dengan air mata berlinang aku memanggil-manggil nama Laras. Walau kutahu itu pasti sia-sia. Laras tidak mungkin bangun kembali.
Jasad itu pucat. Selukis senyum tipis terbentuk di bibirnya yang juga pucat.
”Maafkan aku, Ras.” bisikku.
”Semoga semua kebaikan dan amalmu di terima Allah, Ras. Selamat jalan sahabatku.” doaku dalam hati.
***
Gundukan tanah itu masih berwarna merah. Bunga-bunga segar masih tertabur diatasnya. Dibawah situ ada jasad sahabatku. Orang yang paling kusayangi setelah mama. Selamat jalan, Laras. Maafkan aku. Selamat jalan sahabatku.
Aku melangkah pulang dengan mata membengkak. Aku harus mengubur semua mimpi untuk ketawa bareng Laras lagi, mengubur janji kita yang akan selalu bersama untuk meraih kesuksesan.
Jakarta, 19 Januari 2010